Rancangan Karya Tulis Ilmiah
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan komponen yang
sangat penting untuk mencapai suatu tujuan dari bangsa itu sendiri. Menurut
undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Proses pendidikan sebagai suatu sistem yang
mencakup beberapa komponen (unsur), yaitu (1) komponen masukan (siswa, anak
didik, si terdidik, si belajar, pebelajar) sebagai masukan mentah (raw input), (2) komponen masukan
lingkungan (invirontment input) baik
lingkungan fisik maupun lingkungan mental dan sosial, lingkungan alam dan
lingkungan manusia, (3) komponen masukan instrumental (instrumental input) yang mencakup guru (pendidik, pembelajar),
kurikulum, metode, media, dan sarana-prasarana, (4) komponen proses
pembelajaran, dan (5) komponen keluaran (hasil, output, outcome). (Soegeng, 2013:254).
Guru berperan penting dalam proses pembelajaran
sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 yang berisi tentang “Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.
Tugas utama seorang guru adalah mengajar, mendidik, melatih peserta didik
mencapai taraf kecerdasan, ketinggian budi pekerti, dan keterampilan yang
optimal. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan sangat ditentukan dari proses
pembelajaran di sekolah yang tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang
saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antara guru dan siswa pada saat
proses belajar mengajar berlangsung memegang peranan penting untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan
bahwa pendidikan dapat terlaksana secara nyata sesuai dengan tujuan pendidikan
apabila adanya partisipasi dari semua pihak yang berkaitan, semua unsur
pendidikan dijalankan secara berdampingan dengan mutu dan kualitas yang baik.
Keberhasilan mutu pendidikan adalah pembelajaran, yaitu suatu proses interaksi
antara siswa dengan lingkungan yang meliputi guru, media, sumber belajar,
fasilitas belajar dan narasumber yang dilakukan secara terarah, terencana, dan
sistematik. Karena setiap siswa tidak sama cara belajarnya dalam memahami
konsep abstrak, maka guru juga dituntut untuk bisa memilih dan memodifikasi
metode, media, dan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang saya
lakukan di kelas IV SD Negeri Pedurungan Kidul 01 Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018 dengan Ibu Mulyati selaku guru kelas IV, sebagian siswa masih dalam
proses beradaptasi dalam mengikuti pembelajaran tematik terintegrasi kurikulum
2013 karena sebelumnya pada kelas III pembelajarannya menggunakan KTSP. Siswa
masih cenderung pasif, belum nampak adanya motivasi dan antusias siswa untuk
belajar, kurang adanya respon tanya jawab dari siswa, mungkin karena siswa malu
atau takut di tertawakan dan disalahkan oleh teman-temannya jika nantinya
mereka menjawab salah, karena hal itulah yang membuat siswa cenderung pasif. Proses
pembelajaran belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Pembelajaran masih berpusat kepada guru, meskipun sesekali guru berusaha
menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), namun
hanya pada penugasan individu yaitu guru memberikan materi/soal yang diajarkan
kemudian siswa diminta untuk mencari informasi materi tersebut di internet dan
meminta siswa untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri terhadap materi
tersebut dan mengaitkan informasi yang diperoleh dengan benda yang ada di
sekitar dan di kehidupan nyata siswa. Kemudian guru bertanya kepada siswanya
mengenai hal apa saja yang sudah kalian dapat dari mencari informasi materi
tersebut.
Ibu Mulyati juga mengatakan bahwa kendala yang cukup
menjadi perhatian adalah kaitannya dengan media pembelajaran yang harus
digunakan pada saat pembelajaran itu belum maksimal/ kurang memadai karena
keterbatasan dari sarana dan prasarana itu sendiri. Kesulitan yang dialami oleh
beberapa siswa dalam memahami materi tersebut juga dikarenakan beberapa siswa
cenderung kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru pada saat
proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga materi yang disampaikan oleh guru
pada saat pembelajaran kurang diserap oleh sebagian siswa dan menyebabkan siswa
tidak paham dengan materi yang disampaikan. Kurangnya kelengkapan catatan dari
beberapa siswa dan belum nampak pula adanya kepercayaan diri siswa untuk tanya
jawab dengan guru atau mengemukakan gagasan juga menjadi faktor penyebab siswa
kurang memahami beberapa materi yang disampaikan oleh gurunya. Hal tersebut
yang membuat hasil belajar siswa menjadi kurang atau belum maksimal. Ini yang
menjadi tantangan berat untuk guru dan semua pihak yang terlibat dalam proses
pembelajaran agar mampu menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif dan
semenarik mungkin sehingga siswa dapat mencapai nilai diatas KKM pada pembelajaran
tematik.
Salah satu
penelitian yang menggunakan model pembelajaran Numbered
Heads Together dalam
pembelajaran adalah penelitian yang dilaksanakan oleh
Wibi Gilang Saputro yang berjudul “Penerapan pembelajaran kontekstual
dengan menggunakan model numbered heads together (NHT) untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Ketawanggede 2 Malang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 4
tahap, yaitu planning, acting & observing, reflecting, dan revise plan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kentuntasan hasil belajar siswa pada siklus
I sebesar 43,47% dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 95,65%. Jadi, simpulan dari penelitian ini adalah
terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran
kontekstual
dengan menggunakan model numbered heads
together (NHT) pada
siswa Kelas IV SDN Ketawanggede 2, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Atas dasar uraian di
atas, peneliti
tertarik melakukan penelitian untuk menguji pengaruh model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbantu
media lingkaran puzzle putar (liputar) pada pembelajaran tematik terintegrasi terhadap hasil belajar siswa
kelas IV SD N Pedurungan Kidul 01 Semarang. Jadi peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh model pembelajaran NHT berbantu
media lingkaran puzzle putar (liputar) pada pembelajaran tematik terintegrasi
terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD.”
Komentar
Posting Komentar